Home » » Bahtera Nabi Nuh

Bahtera Nabi Nuh

Written By NEXT on 13 September 2010 | 7:46 AM

Umumnya manusia paling mempercayai benda-benda yang berada di depan mata. Hati mudah tergiur pada hal yang mereka anggap indah atau menarik, keinginan ini dan itu paling mudah timbul, tetapi yang paling sulit mereka capai adalah perasaan puas dengan apa yang mereka peroleh.
Mana ada kehidupan yang menganggap dirinya hidup tanpa prinsip? Semua orang menganggap dirinya paling berakal budi dan pandai, keputusan yang mereka ambil jika bukan yang paling baik, juga bisa terhitung sangat bijaksana. Manusia masih mempunyai banyak sekali ciri khas seperti pelupa, mendekati keuntungan dan menghindari kerugian, pencuriga, mudah tergoyahkan dan lain sebagainya.
Film yang mengisahkan Bahtera Nabi Nuh menggambarkan sebuah kisah yang sangat bagus. Meski kisahnya diketahui setiap orang, tetapi siapa yang dapat mengingat dan mengambil hikmah dari kisah tersebut? Tak jarang orang beranggapan, “Itu hanya dongeng, legenda, atau karangan belaka!” Ada pula yang menganggapnya sebagai penghibur untuk menghabiskan waktu, tak perlu dianggap serius.
Dalam sejarah ada berbagai bangsa yang memiliki catatan tentang air bah. Termasuk bangsa China. Bukankah orang Tionghoa banyak mengetahui cerita Da Yu menanggulangi air? Siapa yang benar-benar memikirkan makna mendalam kisah tersebut dan asal usul cerita ini? Sesungguhnya cerita tersebut merupakan catatan sejarah tentang hidup atau mati seluruh umat manusia di dunia, mengingatkan agar anak cucu kita jangan sampai mengulang kesalahan dan tragedi yang sama.
Moral manusia yang sudah bejat akan dimusnahkan Sang Pencipta, yang disisakan hanyalah manusia yang benar-benar patuh pada titah-Nya dan manusia yang benar-benar jujur serta lurus.
Tuhan memusnahkan Kota Sodom merupakan peringatan pertama kepada umat manusia. Nabi Ibrahim (Abraham) merasakan terlalu kejam. Tuhan lalu bertanya kepada Nabi Ibrahim, jika dia bisa memilih sepuluh orang yang benar-benar jujur dan lurus dalam kota itu, maka Tuhan akan membebaskan kota itu dari kemusnahan.
Nabi Ibrahim dan istrinya, Sarah, memeras otak memilihnya, akhirnya hanya Lot (kemenakan Nabi Ibrahim) saja yang memenuhi syarat sedangkan istrinya masuk hitungan secara terpaksa. Tuhan memberikan petunjuk, agar dalam perjalanan mereka meninggalkan kota tersebut, jangan sekali-kali menengok ke belakang. Akhirnya istri Lot  tidak kuasa menahan godaan dari rasa ingin tahu dan mengabaikan perkataan Tuhan. Ia berteriak histeris melepas pegangan suaminya, dan menoleh ke belakang untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Sekejap dia segera menjadi sosok mayat kering yang berdiri di sana. Lot menahan kesedihan dan rasa ingin tahu. Sekuat tenaga dia merangkul leher untuk tidak melihat ke belakang, akhirnya dia terselamatkan.  
Api langit yang memusnahkan Kota Sodom, tidak juga menggugah hati generasi penerus, moralitas terus merosot kian drastis seperti sediakala. Perkelahian, kebohongan, kemalasan, melakukan perbuatan sumbang, pembantaian. Karena itu Tuhan terpaksa mengambil keputusan yang menyedihkan, yakni memusnahkan seluruh umat manusia. Maka dari itu baru ada kisah Bahtera Nabi Nuh yang menjadi cerita sepanjang masa.
Keluarga Nabi Nuh sangat baik dan jujur, banyak sekali hewan baik pilihan Tuhan juga mendapatkan penyelamatan. Tetapi ketika air bah hampir tiba, anak Nabi Nuh menjadi sedikit ragu terhadap Tuhan, karena rasa putus asa akan penantian yang panjang dan tidak menentu. Sehingga tercetus ucapan yang keterlaluan terhadap ayahnya, sebenarnya perkataan anak Nabi Nuh itu mempunyai maksud mempertanyakan Tuhan.
Manusia sulit sekali meyakini sesuatu dengan teguh. Memang tidak mudah, bahkan sangat sulit bagi seseorang untuk tetap percaya saat dalam kesulitan, dalam perjalanan yang tidak nampak penghujungnya, ia masih tetap mempertahankan keyakinan dengan teguh, bahkan tak segan mengorbankan nyawa untuk membela prinsip kebenaran yang tidak terlihat.
Kita bisa memahami perasaan anak Nabi Nuh saat itu, tetapi pada hakikatnya merupakan lembaran catatan manusia yang kurang terhormat. Sebagai seorang manusia yang telah melihat dan membuktikan kemukjizatan dan janji Tuhan, dalam keputusasaan penantian jangka waktu yang sangat lama akhirnya ia juga masih bisa merasa risau dan tergoyahkan.
Andaikata seseorang yang telah melangkah pada jalan kematian, tetapi dia sudah menyaksikan sejarah, bisa hidup beberapa hari lebih lama dan mati dengan jelas dibandingkan dengan orang yang mati secara tidak sadar, apakah masih ada yang disesalkan? Tetapi tidak demikian pemikiran orang zaman sekarang, banyak dari mereka jika tidak bisa mendapatkan kepuasan sesaat akan merasa sakit hati.
Manusia memang manusia, setiap saat bisa dijumpai nyawa manusia yang terbatas dalam taraf hidupnya. Bukan karena masalah kehidupan tingkat tinggi yang tidak memberikan perhatian kepada manusia, tetapi keterbelakangan manusia itu sendiri yang menyebabkannya. Kebanyakan orang sulit sekali memahami hal ini. Jika dibandingkan, Nuh sebagai ayah masih lebih jujur dan baik hati, lebih tahan uji daripada anaknya.  
Memang benar, bagaimanapun juga semua cerita itu adalah peninggalan yang lama sekali dalam sejarah, percaya atau tidak, ada bukti apa yang masih tersisa? Baik api langit maupun air bah, bukankah sangat berlawanan dengan hukum obyektif? Pada hakikatnya matahari terbit dari sebelah timur dan tenggelam di sebelah barat merupakan sebuah hukum alam, hukum alam selama beribu-ribu tahun yang tidak perlu diragukan lagi.
Tetapi jika dua kutub dari bumi ditukar tempat maka matahari akan terbit dari sebelah barat. Tentu hal ini hanya merupakan sebuah fiksi saja, siapa yang bisa melakukan hal itu? Tetapi alam semesta luas tak terbatas, planet-planet yang bagaikan pasir dan debu, semuanya bergerak dengan sangat teratur dan presisinya melebihi sebuah alroji buatan Swiss. Bukankah ini menunjukkan keagungan Sang Pencipta? Jika semua bisa diatur dengan sangat presisi dan cerdik, lalu bukankah merupakan hal kecil jika posisi salah satu partikel itu akan diganti? Hanya tergantung memang dibutuhkan atau tidak.
Maka tidak peduli api langit atau air bah, tidak boleh hanya karena fenomena hukum itu tidak sering kita jumpai, kita lalu menyangkalnya tanpa sebab. Lagi pula belas kasih Tuhan, tidak menginginkan apapun dari manusia, juga tidak membawa kerugian apapun pada manusia, hanya meminta manusia untuk mempercayai sepatah kata kebaikan-Nya..
Seorang kultivator yang percaya pada Sang Pencipta, dalam pengorbanan dan kesengsaraan ia akan meneguhkan pikiran lurus. Dengan keyakinan hati yang teguh, ia memberitahu manusia tentang masa depan, membantu manusia untuk memilih masa depan, dengan demikian baru bisa menyelamatkan manusia. Jika sebagai seorang kultivator masih memiliki hati yang serba ragu, bagaimana bisa membuat orang lain percaya? Perasaan suka dan duka di dalamnya, tidak bisa dibayangkan manusia yang masih belum berkultivasi. Pikiran Dewa yang demikian teguh itu jauh lebih sulit dibandingkan dengan mendaki Gunung Himalaya.
Tidak boleh ada sedikit keraguan, perasaan ini harus dimusnahkan semua. Inilah yang disebut kultivasi, hal tersebut adalah proses membumbung dari hakiki kehidupan. Ini tidak bisa dijelaskan ahli psikologi atau kejiwaan lainnya, karena sesungguhnya ini bukanlah persoalan manusia. Sejarah mendatang yang akan memberikan kesaksian bagi semuanya ini.
Masa mendatang, kesadaran dan kepercayaan, ini adalah persoalan antara manusia dan Dewa, merupakan semacam pengalaman khusus dalam suatu proses kehidupan. Bagi yang menganut ateisme atau yang kurang percaya, mereka  tidak akan memahami semuanya ini, mereka tidak akan pernah menempuh perjalanan seperti ini, tidak ada pengalaman hidup seperti ini.
Wahai manusia, kalian hanya diminta mendengarkan dan mempercayai sepatah kata kebaikan saja, suatu pernyataan sikap saja, tidak ada orang yang akan mendaftar ataupun merekrut Anda untuk menjadi anggota, hanya membutuhkan sepatah kata yang keluar dari lubuk hati Anda saja.
Selanjutnya kita melanjutkan perjalanan hidup masing-masing, tanpa saling mengenal, apa yang Anda khawatirkan dan takutkan? Hanya dengan kepercayaan yang tidak terhitung apa-apa tetapi yang dapat membawakan kebahagiaan yang kekal bagi kehidupan, mengapa Anda tidak mau? (Zhang Chunyu/The Epoch Times/lin)
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Click deh - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger